Kamis, 19 Maret 2015

MAKALAH KONSEP DIRI



PENGERTIAN KONSEP DIRI SERTA CIRI-CIRINYA

1.      Pengertian Konsep diri
a.   Menurut Hurlock (dalam Nia, 2011 :  ) konsep diri adalah konsep seseorang dari siapa dan apa dia itu. Konsep ini merupakan bayangan cermin, ditentukan sebagian besar oleh peran dan hubungan dengan orang lain, dan apa yang kiranya reaksi orang lain terhadapnya. Konsep diri mencakup citra diri fisik dan psikologis. Citra diri fisik biasanya berkaitan dengan penampilan, sedangkan citra diri psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi.




b.  Song dan Hattie (dalam Nia, 2011 :  ) mengemukakan bahwa konsep diri terdiri atas konsep diri akademis dan non akademis. Selanjutnya konsep diri non akademis dapat dibedakan menjadi konsep diri sosial dan penampilan diri. Jadi menurut Song dan Hattie, konsep diri secara umum dapat dibedakan menjadi konsep diri akademis, konsep diri sosial, dan penampilan diri.
c.   Menurut Burns (dalam Erawati, 2011 :  ) konsep diri adalah suatu gambaran campuran dari apa yang kita pikirkan, orang-orang lain berpendapat mengenai diri kita, dan seperti apa diri yang kita inginkan.
d.  Menurut William D. brooks yang dikutip oleh Jalaludin Rakhmad (1985: 125) yang menyatakan konsep diri merupakan persepsi individu terhadap dirinya sendiri yang bersifat psikis dan sosial sebagai hasil interaksi dengan orang lain.
e.   Menurut (Mulyana, 2000:7)  menyatakan konsep diri adalah pandangan individu mengenai siapa diri individu, dan itu bisa diperoleh lewat informasi yang diberikan lewat informasi yang diberikan orang lain pada diri individu
Berdasarkan kajian-kajian teori di atas, maka dasar teori yang digunakan untuk menyusun kisi-kisi konsep diri adalah gabungan dari teori Hurlock dan teori Song & Hattie yang menyatakan konsep diri adalah gabungan dari keyakinan yang dimiliki individu tentang mereka sendiri yang meliputi karakteristik fisik, psikologis, sosial, emosional, aspirasi danprestasi.  Dimensi konsep diri mencakup citra diri fisik, citra diri psikologis dan konsep diri sosial. Indikator citra diri fisik biasanya berkaitan dengan penampilan, indikator citra diri psikologis berdasarkan atas pikiran, perasaan, dan emosi. Sedangkan indikator konsep diri sosial adalah pandangan, penilaian siswa terhadap kemampuan bergaul dan kerjasama dengan orang lain.
2.                  Ciri-ciri Konsep Diri
Menurut Calhoun & Acocella (1995), konsep diri merupakan gambaran mental terhadap diri sendiri yang terdiri dari pengetahuan tentang diri, pengharapan bagi diri dan penilaian terhadap diri sendiri. Salah satu ciri dari konsep diri yang negatif akan terkait secara langsung dengan pengetahuan yang tidak tepat terhadap diri sendiri, pengharapan yang tidak realistis atau mengada-ada, serta harga diri yang rendah. Untuk menghindari hal tersebut, Sheerer (dalam Cronbach, 1963) memformulasikan ciri-ciri konsep diri positif yang selanjutnya mengarah pada penerimaan diri individu, sebagai berikut:
·         mempunyai keyakinan akan kemampuan dirinya dalam menghadapi kehidupan yang dijalaninya,
·         menganggap dirinya berharga sebagai seorang manusia yang sederajat dengan manusia lainnya,
·         mampu menempatkan dirinya pada kondisi yang tepat sebagaimana orang lain, sehingga keberadaannya dapat diterima oleh orang lain,
·         bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya,
·         menyadari dan tidak merasa malu akan keadaan dirinya,
·         kelemahan yang dimilikinya tidak membuatnya menyalahkan dirinya sendiri, sebagaimana ia mampu menghargai setiap kelebihannya,
·         memiliki obyektivitas terhadap setiap pujian ataupun celaan, dan
·         tidak mengingkari atau merasa bersalah atas dorongan-dorongan emosi yang ada pada dirinya.



Manfaat  Mengetahui Konsep Diri
Dengan adanya konsep diri individu memandang atau menilai dirinya sendiri akan tampak jelas dari seluruh perilakunya, dengan kata lain perilaku seseorang akan sesuai dengan cara individu memandang dan menilai dirinya sendiri. Apabila individu memandang dirinya sebagai seorang yang memiliki cukup kemampuan untuk melaksanakan tugas, maka individu itu akan menampakan perilaku sukses dalam melaksanakan tugasnya. Sebaliknya apabila individu
LANDASAN TEORI
A. KONSEP DIRI
Dalam kamus besar bahasa Indonesia istilah konsep memiliki arti
gambaran, proses atau hal-hal yang digunakan oleh akal budi untuk memahami
sesuatu. Istilah diri berarti bagian-bagian dari individu yang terpisah dari yang
lain. Konsep diri dapat diartikan sebagai gambaran seseorang mengenai dirinya
sendiri atau penilaian terhadap dirinya sendiri (KBBI, 2008).
Konsep diri merupakan sebuah konstruk psikologis yang telah lama menjadi
pembahasan dalam ranah ilmu-ilmu sosial (Marsh & Craven, 2008). Shavelson,
Hubner, & Stanton (1976) menyatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi
seseorang terhadap dirinya sendiri, dimana persepsi ini dibentuk melalui
pengalaman dan interprestasi seseorang terhadap dirinya sendiri. Marsh (1990)
juga menambahkan bahwasanya konsep diri merupakan nilai dari hasil proses
pembelajaran yang dilakukan dan dari hasil situasi psikologis yang diterima.
Menurut Purkey (1988), konsep diri merupakan totalitas dari kepercayaan
terhadap diri individu, sikap dan opini mengenai dirinya, dan individu tersebut
merasa hal tersebut sesuai dengan kenyataan pada dirinya. Menurut Rice & Gale
(1975) konsep diri terdiri diri dari berbagai aspek, misalnya aspek sosial, aspek
fisik, dan moralitas. Konsep diri merupakan suatu proses yang terus selalu
berubah, terutama pada masa kanak-kanak dan remaja. Menurut Gage dan
Berliner (1998) selain merupakan cara bagaimana individu melihat tentang diri
mereka sendiri, konsep diri juga mengukur tentang apa yang akan dilakukan di
masa yang akan datang, dan bagaimana mereka mengevaluasi performa diri
mereka.
Konsep diri merupakan hal yang penting dalam kehidupan sebab
pemahaman seseorang mengenai konsep dirinya akan menentukan dan
mengarahkan perilaku dalam berbagai situasi. Jika konsep diri seseorang negatif,
maka akan negatiflah perilaku seseorang, sebaliknya jika konsep diri seseorang
positif, maka positiflah perilaku seseorang tersebut (Fits dan Shavelson, dalam
Yanti, 2000). Hurlock (1999) menambahkan bahwasanya konsep diri individu
dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan seseorang dalam hubungannya
dengan masyarakat.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwasanya konsep diri
adalah sebuah pandangan ataupun persepsi individu mengenai dirinya sendiri
yang terbentuk melalui interaksi dengan lingkungan serta berpengaruh terhadap
aktivitas kehidupan individu tersebut. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
teori konsep diri Shavelson ,dkk (1976).
Perkembangan Teori Konsep diri
Freud pada tahun 1900 mengungkapkan bahwasanya hal yang terpenting
dari diri individu adalah proses mental. Freud mengatakan bahwasanya konsep
diri merupakan sebuah unit psikologis yang paling dasar untuk memahami proses
mental individu. Konsep ini terus dikembangkan oleh Freud dalam perkembangan
teori ego dan dalam interpretasi terhadap diri individu. Dalam perkembangannya,
konsep diri semakin luas digunakan dalam dunia terapi dan konseling. Lecky pada
tahun 1945 menggunakan istilah konsistensi diri yang mengacu pada dasar-dasar
perilaku individu dalam terapi dan pada tahun 1948, Raimy memperkenalkan
istilah konsep diri dalam wawancara konseling karena ia melihat bahwasanya
dasar-dasar dari konseling adalah bagaimana individu tersebut melihat dirinya
secara utuh dalam konsep dirinya (Purkey, 1988).
Selanjutnya, Roger pada tahun 1947 mencoba untuk mengembangkan pola
“self” dalam sebuah sistem psikologis. Roger menilai bahwa ―self” merupakan
dasar atau hal utama yang menjadi bagian dari kepribadian dan penyesuaian
individu. Roger juga mengatakan bahwasanya ―self” merupakan produk sosial
yang tumbuh dari proses interpersonal yang dilakukan. Teori konsep diri semakin
berkembang pada tahun 1970 sampai tahun 1980-an dengan pola konsep diri
umum. Pada saat itu semakin banyak peneliti yang menyadari betapa pentingnya
mempelajari konsep diri karena konsep diri sangat mempengaruhi perilaku
individu. Dalam permasalahan seperti penggunaan alkohol, permasalahan
keluarga, penyalahgunaan obat-obatan, masalah akademis dan lain sebagainya,
sangat dipengaruhi oleh konsep diri seseorang. Sehingga banyak para peneliti
mengembangkan suatu cara bagaimana agar dapat menguatkan konsep diri untuk
menjadi lebih baik (Purkey, 1988).
Pada awalnya konsep diri merupakan suatu konstruk yang bersifat umum
atau yang lebih dikenal dengan istilah unidimensional (Prasetyo, 2006). Konsep
diri umum merupakan generalisasi pemahaman konsep diri tanpa melihat
deskripsi spesifik dari apa yang dilihat secara khusus. Hal ini mengandung arti
bahwa konsep diri umum merupakan pemahaman seorang individu terhadap diri
mereka secara umum tanpa melihat bagian-bagian yang lebih spesifik dari diri
mereka (Puspasari, 2007).
Perkembangan konsep diri selanjutnya lebih mengarah pada konsep diri
yang bersifat spesifik atau yang lebih dikenal dengan istilah multidimensional.
Konsep diri spesifik merupakan pola penilaian konsep diri individu yang melihat
ke dalam perspektif yang lebih luas terhadap diri individu, sehingga bisa
mendapatkan gambaran diri individu dari berbagai sudut pandang yang beragam
dan dinamis (Metivier, 2009). Jika hanya ada satu penjelasan mengenai konsep
diri unidimensional, maka pada konsep diri multidimensional dapat melihat diri
seseorang dari berbagai konteks, seperti konsep diri spiritual, konsep diri sosial,
konsep diri terhadap lingkungan dan lain sebagainya (James, dalam Metivier,
2009).
Pada seperempat abad terakhir, penelitian mengenai konsep diri semakin
meningkat. Hal ini disebabkan karena keinginan para peneliti untuk
mengembangkan konstruk konsep diri pada diri individu. Salah satu pola
pengembangan konsep diri yang banyak dilakukan adalah dengan menggunakan
pola konsep diri yang bersifat multidimensional (Marsh & Craven, 2008). Marsh
& Parker (dalam Metivier, 2009) mengatakan bahwasanya pola pengukuran
konsep diri yang bersifat multidimensional memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan dengan pola unidimensional. Dalam konsep diri yang bersifat
multidimensional kita dapat melihat karakteristik individu dari berbagai macam
konteks pada diri individu, dapat memprediksi perilaku seseorang, dapat
membantu menyelesaikan permasalahan pada individu, dan dapat
mengembangkan integrasi antar konstruk daripada konsep diri yang bersifat
unidimensional.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan konsep diri yang bersifat
multidimensional. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsep diri secara spesifik
sehingga mendapatkan berbagai macam konsep diri individu dari sudut pandang
yang beragam selain dari beberapa keunggulan pola konsep diri multidimensional
yang telah disebutkan di atas.
Jenis dan Struktur Konsep Diri
Shavelson, Hubner, dan Stanton (1976) membagi konsep diri menjadi
beberapa bagian, yakni general-esteem, konsep diri akademis dan konsep diri non
akademis. Dimana konsep diri akademis dan non akademis dibagi menjadi
beberapa bagian lagi seperti dalam tabel berikut :
Struktur konsep diri Shavelson, Hubner, & Stanton (1976)
Konsep diri secara umum dibagi ke dalam 4 jenis konsep diri, yakni :
1. Konsep diri akademis (Academic self concept), yang terdiri dari konsep diri
mengenai kemampuan berbahasa inggris, sejarah, matematika, dan ilmu
pengetahuan alam.
2. Konsep diri Sosial (social self-concept), yang terdiri dari konsep diri teman
sebaya (peers) dan konsep diri terhadap orang berpengaruh (significant
others).
3. Konsep diri emosional (emotional self-concept).
4. Konsep diri fisik (physical self-concept), yang terdiri dari konsep diri
kemampuan fisik dan konsep diri mengenai penampilan diri.
Kemudian pada tahun 1985, Marsh merevisi struktur konsep diri bersama
dengan Shavelson dengan pola sebagai berikut :
Struktur Konsep Diri Marsh & Shavelson (1985)
Dalam pola ini Marsh & Shavelson tidak membentuk pola hierarkial.
Namun lebih kepada pola multifacet dari general konsep diri kepada banyak jenis
konsep diri seperti konsep diri penampilan fisik, hubungan dengan orangtua,
akademis, problem-solving, spiritual, hubungan teman sebaya baik yang sejenis
maupun lawan jenis, kejujuran, emosional dan lain-lain.
Marsh & Shavelson (1985) dalam teorinya membuat 13 jenis konsep diri
yang dapat diteliti dalam diri individu, yakni :
1. Konsep diri umum (general self-concept).
2. Konsep diri akademis (academic self-concept).
3. Konsep diri matematika (mathematic self-concept).
4. Konsep diri problem-solving.
5. Konsep diri spiritual.
6. Konsep diri kestabilan emosi (emotional self-concept).
7. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin sama
(same sex peers self-concept).
8. Konsep diri yang berhubungan dengan teman yang berjenis kelamin berbeda
(opposite sex peers self-concept).
9. Konsep diri hubungan orangtua (parent self-concept).
10. Konsep diri penampilan fisik (physical appearance self-concept).
11. Konsep diri kekuatan fisik (physical ability self-concept).
12. Konsep diri verbal (verbal self-concept).
13. Konsep diri kejujuran (honesty self-concept).
Dari berbagai macam jenis konsep diri Marsh & Shavelson di atas, peneliti
hanya mengambil tujuh jenis konsep diri yang akan diteliti. Hal ini dilakukan
peneliti karena ketujuh jenis konsep diri ini dianggap berpengaruh oleh peneliti
terhadap proses mentoring Agama Islam yang dilaksanakan.
Ketujuh jenis konsep diri tersebut adalah :
1. konsep diri akademis, dalam prosesnya mentoring mengajarkan tentang
motivasi belajar dan strategi untuk memaksimalkan potensi akademis peserta
mentoring.
2. konsep diri problem-solving, dalam prosesnya mentoring melatih peserta untuk
berfikir untuk memecahkan permasalahan yang ada.
3. konsep diri spiritual, dalam prosesnya mentoring memiliki tujuan utama untuk
meningkatkan potensi spiritual dalam diri peserta.
4. konsep diri kejujuran, dalam prosesnya mentoring mengajarkan tentang moral
(akhlak) yang di dalamnya terdapat poin-poin mengenai kejujuran.
5. konsep diri parent-relation, dalam prosesnya mentoring juga membicarakan
mengenai cara berbakti dengan orangtua.
6. konsep diri emotional, dalam prosesnya mentoring melatih peserta untuk dapat
mengelola diri dan emosinya.
7. konsep diri umum (general-esteem), dalam prosesnya mentoring memiliki
tujuan untuk membangun individu untuk menjadi insan yang lebih berguna secara
paripurna (keseluruhan).

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri
Konsep diri seseorang dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
(Marsh, 2003; Burger, 2008). Faktor internal tersebut diantaranya adalah
intelegensi, motivasi dan emosi (Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock,
1999), kompetensi personal (Marsh, 2003; Hurlock, 1999; Christa, 2007;),
episode keberhasilan dan kegagalan (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998;
Hurlock, 1999; Ulfah, 2007), episode dalam kehidupan (Burger, 2008; Stuart &
Sudeen, 1998) keberhasilan personal (Marsh, 2003), status kesehatan (Burger,
2008; Hurlock, 1999), usia (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998; Ulfah, 2007;
Rola, 2006), kondisi dan penampilan fisik (Hurlock, 1999; Rola, 2006), persepsi
individu tentang kegagalan (Burger, 2008; Stuart & Sudeen, 1998), jenis kelamin
(Rola, 2006), aktualisasi diri (Fits, dalam Agustiani, 2006), religiusitas (Agustiani,
2006) dan tingkat stres seseorang (Burger, 2008).
Sedangkan faktor eksternal diantaranya adalah lingkungan keluarga
(Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger,
1981; Christa, 2007), teman sebaya (Marsh, 2003; Stuart & Sudeen, 1998; Ulfah,
2007; Shavelson & Roger, 1981; Christa, 2007), peran pendidik (Marsh, 2003;
Stuart & Sudeen, 1998; Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger, 1981;
Christa, 2007), kebudayaan (Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger,
1981), status sosial (Hurlock, 1999; Ulfah, 2007; Shavelson & Roger, 1981), dan
pengalaman interpersonal (Fits, dalam Agustiani, 2006).
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi konsep diri seseorang, maka
peneliti mengambil kesimpulan bahwasanya faktor-faktor utama yang
mempengaruhi konsep diri pada mahasiswa adalah :
1. Faktor internal :
a. Intelegensi, motivasi dan emosi (karakter mahasiswa).
b. Kompetensi personal (kemampuan dan keterampilan tertentu yang dimiliki
oleh mahasiswa).
c. Episode dalam kehidupan (pengalaman mahasiswa yang berpengaruh
besar dalam hidup, seperti masa sekolah).
d. Episode keberhasilan dan kegagalan (pengalaman dalam memanfaatkan
peluang, misalnya pengalaman berorganisasi).
e. Keberhasilan personal (pengalaman berprestasi).
f. Status kesehatan (riwayat kesehatan mahasiswa).
g. Penampilan fisik (kepercayaan diri mahasiswa terhadap penampilannya).
h. Aktualisasi diri, (misalnya hobi mahasiswa).
i. Persepsi tentang kegagalan (pengalaman kegagalan di masa lalu).
j. Jenis kelamin.
k. Religiusitas.
l. Usia.
m. Tingkat stres.
2. Faktor Eksternal
a. Orangtua dan keluarga (hubungan dengan orangtua, termasuk tempat
tinggal individu).
b. Teman sebaya (misalnya teman bermain/peers,teman kuliah, dan lainlain).
c. Peran pendidik (misalnya peran dosen, pementor, pembina, dan lain-lain).
d. Kebudayaan (misalnya suku, agama, adat istiadat, dan lain-lain).
e. Status sosial (misalnya status pendidikan orangtua, pendapatan orangtua,
dan lain-lain).
f. Pengalaman interpersonal (misalnya riwayat pembinaan yang pernah
dilakukan).
Dalam penelitian ini, hal yang difokuskan untuk meningkatkan konsep diri
mahasiswa muslim adalah melalui faktor religiusitas dari faktor internal, dan
peran pendidik dari faktor eksternal.

Pengukuran Konsep Diri
Burns (dalam Strein, 1995) mengemukakan dua cara yang dapat dilakukan
untuk mengukur konsep diri, yaitu :
1. Melalui respon atas aitem-aitem dalam skala konsep diri spesifik yang
diberikan kepada subjek.
2. Melalui pengamatan individual atas pola perilaku yang muncul dari subjek.
Untuk metode pelaporan yang dapat digunakan dalam mengukur konsep diri
individu di antaranya :
1. Skala Penilaian
Skala ini dapat berupa kuesioner, inventori, atau skala-skala sikap yang
diberikan kepada subjek.
2. Daftar ceklist
Metode ini mengarahkan subjek untuk memilih aitem-aitem yang sesuai
dengan kondisi subjek yang sebenarnya.
3. Teknik Sort-Q
Metode ini mengarahkan subjek untuk melakukan sortir ataupun pengurutan
terhadap kumpulan aitem-aitem yang ada dalam tes. Sehingga didapatkan
sebuah kontinum penilaian yang sesuai dengan diri subjek.
4. Metode respons yang tidak terstruktur (bebas)
Metode ini meminta subjek untuk memberikan jawaban yang tidak terstruktur
(bebas). Jenis soal yang ditawarkan biasanya tertulis dalam bentuk essay,
dimana subjek disuruh untuk menuliskan kata-kata dalam kolom yang
kosong.
5. teknik-teknik proyektif
Teknik ini sering digunakan dalam mengukur konsep diri yang tidak sadar
(unconscious self-concept).
6. Wawancara
Alat ukur yang dapat digunakan dalam mengukur konsep diri ini cukup
banyak. Marsh (1992) membuat beberapa alat ukur konsep diri yang dapat
digunakan di berbagai negara, diantaranya adalah SAS (Sydney Attributional
Scale), SDQI, SDQII, & SDQIII (Self Description Questionnaire), ASDQI &
ASDQII (Academic Self Description Questionnaire), EASDQ (Elite Athlete Self
Description Questionnaire), PSDQ (Physical Self Description Questionnaire), dan
NSCQ (Nurse Retention Index Questionnaire).
Selain di atas, alat ukur konsep diri lainnya yang sering digunakan adalah
adalah Tennessee Self-Concept Scale –Second Edition, Coopersmith Self-Esteem
Inventory, Multidimensional Self Concept Scale, Piers-Harris Children’s Self-
Concept Scale (Ellie, Hoffman, & Kemple, 2011).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat ukur SDQIII (Self
Description Questionnaire) yang dikembangkan oleh Marsh (1984). SDQIII
merupakan alat ukur lanjutan dari SDQI dan SDQII. Alasan peneliti
menggunakan alat ukur ini karena SDQIII dapat digunakan untuk subjek yang
berusia remaja akhir hingga dewasa. Sejalan dengan tujuan penelitian ini adalah
untuk mengukur konsep diri remaja akhir (mahasiswa). Sedangkan metode yang
digunakan dalam penelitian ini adalah melalui teknik ceklist dan wawancara.
Teknik ceklist dilakukan dengan memberikan ceklist pada skala SDQIII yang
sesuai dengan keadaan diri subjek. Teknik wawancara dilakukan untuk
memperkuat hasil penelitian dari skala.

TIGA BAGIAN UTAMA KONSEP DIRI 
Menurut Brian Tracy, self-concept Anda memiliki tiga bagian utama yaitu:
Self-Ideal (Diri Ideal),
Self-Image (Citra Diri), dan
Self-Esteem (Jati Diri).
Ketiga elemen tersebut merupakan satu kesatuan yang membentuk kepribadian Anda, menentukan apa yang biasa Anda pikir, rasakan, dan lakukan, serta akan menentukan segala sesuatu yang terjadi kepada diri Anda.

Self-Ideal (Diri Ideal)
Self-ideal adalah komponen pertama dari self-concept Anda.
Self-ideal Anda terdiri dari :
harapan,
impian,
visi,
idaman
Self-idealterbentuk dari kebaikan, nilai-nilai, dan sifat-sifat yang paling Anda kagumi dari diri Anda maupun dari orang lain yang Anda hormati. Self-ideal adalah sosok seperti apa yang paling Anda inginkan untuk bisa menjadi diri Anda, di segala bidang kehidupan Anda. Bentuk ideal ini akan menuntun Anda dalam membentuk perilaku Anda.

Self-Image (Citra Diri)
Bagian kedua self-concept Anda adalah self-image. Bagian ini menunjukkan bagaimana Anda membayangkan diri Anda sendiri, dan menentukan bagaimana Anda akan bertingkah laku dalam satu situasi tertentu. Karena kekuatan self-image
Semua perbaikan dalam hidup Anda akan dimulai dari perbaikan dalam self-imageself-image

Self-Esteem (Jati Diri)
self-esteem adalah seberapa besar Anda menyukai diri Anda sendiri. Semakin Anda menyukai diri Anda, semakin baik Anda akan bertindak dalam bidang apa pun yang Anda tekuni. Dan, semakin baik performansi Anda, Anda akan semakin menyukai diri Anda. Bagian ini adalah komponen emosional dalam kepribadian Anda.




DAFTAR PUSTAKA
Ebook Chapter II USU/Konsep Diri
Raras Sutataminingsih : Konsep Diri, 2009
USU Repository ? 2008
Burns, R.B. 1993. Konsep Diri, Teori, Pengukuran, Perkembangan, dan Perilaku. 
Jakarta, Penerbit Arcan.




Tags : makalah konsep diri dalam keperawatan makalah konsep diri pdf artikel konsep diri latar belakang konsep diri contoh konsep diri seseorang contoh konsep diri dalam kehidupan sehari-hari kumpulan contoh konsep diri contoh konsep diri pribadi


EmoticonEmoticon